KumpulanBahan Bacaan Literasi Tahun 2016Daftar Buku:SD1. Bekarung Teperdaya2. Burung Ajaib3. Cerita dari Tanah Papua4. Kisah Dua Putri dan Si Raja Ular5. Pak Belalang6. Dibalik Derita Si Boru Tombaga7. Gatotkaca Satria dari Pringgadani8. Jaka Prabangkara9. Kain Tenun dan Putra Mahkota10. Kesaktia Berikutbeberapa contoh pantun dalam berbagai acara: 1. Pembuka Salam Untuk Kegiatan. Dalam membuka berbagai kegiatan, alangkah menarik jika menggunakan pantun pembukaan salam. Hal ini menjadikan orang lebih fokus ketika hendak mendengarkan pembicaraan berikutnya. Berikut contoh pantun yang bisa dicoba, diantaranya: Ketikasedang makan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang keras, Duk Duk! Ternyata suami wanita itu yang datang. Ia adalah Raksasa Pemakan Manusia. Dengan cepat wanita itu berkata pada Jack. "Nak, cepatlah sembunyi! Suamiku datang." "Huaaa. Aku pulang. Cepat siapkan makan!" teriak raksasa itu. Jack menahan nafas di dalam tungku. Raksasa itu tiba-tiba mencium bau POHONKEPUH pohon yang menjulang dengan keheningan yang lengang di puncaknya angin menghempas ada yang mengerang dan terlepas Purworejo, 2008 Kompas, Minggu 18 Januari 2009 KEPOMPONG di pohon johar yang istirah di musim penghujan yang basah aku tumbuh dari rasa sakit masa lalu menyulam rumah berkabut Purworejo, 2008 Kompas, Minggu 18 Januari Dibawahinia dalah cara budidaya tanaman mangga yang sudah terbukti berhasil: 1. Iklim. Pada umumnya ada pola pikir atau mindset bagi sebagian orang bahwa kalau ingin bercocok tanam dengan hasil yang bagus, sebaiknya dilakukan di dataran tinggi karena jauh lebih potensial. Di samping itu, karena tanah pegunungan dianggap jauh lebih subur secara suro diro joyoningrat lebur dening pangastuti artinya. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hari itu serombongan anak Taman Kanak Kanak TK bersama seorang guru baru turun dari sebuah bus. Sang Guru mengajak beberapa murid-muridnya untuk berjalan-jalan di hutan terdekat untuk menjelaskan pada mereka tentang kehidupan pohon."Pohon sebagaimana kita hidup," jelas guru, ia berhenti di dekat sebuah pohon pinus besar. "Pohon makan, bekerja, bernapas dan tidur. Pohon dapat merasakan dan bahkan berbicara, tetapi dengan cara dia sendiri."Anak-anak dengan penuh perhatian mendengarkan cerita guru, kecuali tiga anak laki-laki. Bagi mereka cerita semacam ini sama sekali tidak menarik. Perlahan-lahan mereka menjauh, dan berusaha untuk tidak terlihat. Mereka berhasil menyelinap ke ke lebatnya hutan. "Tidak mungkin, Bu Gru pasti menagada-ada! Saya tidak akan pernah percaya bahwa pohon-pohon itu hidup dan bisa merasa," kata anak lelaki pertama mencela. Dengan kata-kata ini, dia seakan-akan berusaha untuk membuktikan pendapatnya, ia melompat dan menangkap dahan pohon tanjung. Dia mulai berayun di dahan, maju dan mundur sampai putus cabang dengan suara patahan yang keras."Tentu saja itu bohong," tawa anak laki-laki kedua . "Pohon tidak bisa bicara! Lihat, pohon tanjung tidak mengatakan apa-apa saat kamu memutuskan cabang itu sekarang. Sekarang aku akan mengukir sesuatu dengan sebuah pisau di kulit kayu itu. Mungkin pohon ini akan menulis sesuatu sebagai jawaban?" ia terus tertawa."Dan aku tidak percaya bahwa pohon dapat bernapas. Mereka tidak memiliki paru-paru" tambah anak ketiga, mendukung teman-temannya. "Di sini,kemarilah lihat sebentar Pohon Beringin besar yang tumbuh di sana," ia mulai berlari mengelilingi pohon Beringin, menendang itu seperti yang mereka lakukan begitu sambil bernyanyi riang "Hei, kau pohon Beringin tua - beritahu kami namamu."Tiba-tiba semua anak laki-laki merasa seolah-olah ada sesuatu telah menangkap mereka dan mengangkat mereka tinggi-tingi di atas tanah."Oh, apa yang terjadi?" - Teriak anak-anak ketakutan. Pohon Beringin menjawab, dengan cabang-cabangnya berdesir dan suara menggelegar yang membuat anak-anak gemetar ketakutan. 1 2 3 4 Lihat Dongeng Selengkapnya Di salah satu bagian hutan Kalimantan, sebatang pohon jati masih berdiri kokoh diantara beberapa jenis pohon yang tersisa. Raut wajah pohon jati tampak murung. “Cuit cuit cuit…!” suara burung pipit datang dan bertengger pada ranting pohon jati itu. “Kenapa kau tampak murung teman?” tanya Burung Pipit. “Aku sedih segerombolan manusia sudah menebang semua teman-temanku. Sekarang pohon jati yang tersisa hanya aku,” jawab Pohon Jati sedih. “Mengapa mereka menebang teman-teman mu?” tanya si Burung Pipit. “Karena badan pohon jati yang kuat ini menghasilkan banyak manfaat untuk kehidupan manusia sehari-hari. Mereka mengubahku menjadi berbagai macam perlengkapan rumah,” jawab Pohon Jati putus asa. “Tetapi, para manusia itu tidak memikirkan kelanjutan hidup dari pohon-pohon jati dan juga pohon-pohon lainnya di hutan ini. Karena hutan ini sekarang telah menjadi gundul.” Sejenak suasana mejadi hening. “Lihat disana!!” tiba-tiba terdengar suara manusia mengejutkan pohon jati dan burung pipit. Ternyata sekelompok anak dan satu orang dewasa datang menghampiri ke arah pohon jati. Pohon jati dan burung pipit ketakutan. Pohon jati lalu berpikir, apakah dirinya juga akan bernasip seperti teman-temannya? “Ini dia, pohon jati seperti gambar yang ditunjukkan ibu guru,” ujar Una salah seorang anak. “Tetapi mengapa pohon jati ini hanya ada satu di hutan yang luas ini?” lanjutnya keheranan. “Coba kamu lihat di sekeliling pohon jati ini,” tangan ibu guru lalu menunjuk-nunjuk kearah lahan bekas pohon-pohon jati lainnya yang telah ditebang. “Pada awalnya jumlah pohon jati di sini banyak. Tapi segelintir manusia yang tidak bertanggung-jawab lalu menebang pohon-pohon tersebut tanpa menggantinya dengan bibit pohon yang baru,” sambung ibu guru. “Jadi mereka sama saja merusak tempat tinggal hewan-hewan di hutan ini ya bu?” seru Nino. “Iya benar. Dan bukan itu saja, para penebang itu juga telah merusak hutan sebagai paru-paru bumi. Karenanya hutan menjadi gundul. Maka dari itu kita hari ini kan menanam bibit-bibit pohon jati di hutan yang gundul ini,” ujar ibu guru. Mendengar perkataan ibu guru tersebut, si pohon jati merasa bahagia. Ternyata masih ada manusia yang perduli dengan alam sekitarnya. “Ayo kita tanam, agar pohon jati ini memiliki teman,” seru Una dengan semangat. “Iya, ayo-ayo segera kita tanam, agar hewan-hewan disini kembali memiliki tempat tinggal yang layak,” timpal Nino menyemangati teman-temannya yang lain. Satu persatu bibit pohon jati pun mulai ditanam. Si pohon jati dan burung pipit pun merasa bahagia melihat para manusia itu menanami kembali lahan hutan yang telah gundul dengan bibit-bibit pohon baru. * Penulis Majdina Pendongeng Paman Gery paman_gery Ilustrasi Regina Primalita Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Palti Hutabarat No. Peserta 171 Alkisah di suatu negeri tumbuhan, tinggalah dua pohon yang bersahabat dekat. Sejak kecil mereka bermain bersama setiap harinya. Ya, Pohon Tomat dan Pohon Mangga bersahabat dekat. Mereka bukan hanya bermain bersama, tetapi juga sering saling curhat tentang keadaan masing-masing. Setelah mereka betumbuh, Pohon Tomat dan Pohon Mangga tidak bisa bermain bersama-sama lagi. Hal ini dikarenakan Pohon Tomat tidak bisa mengikuti pertumbuhan Pohon Mangga. Pohon Tomat yang kalah tinggi dan besar dibandingkan Pohon Mangga akhirnya merasa minder melihat dirinya. Perbedaan tinggi dan besar Pohon Tomat dan Pohon Mangga membuat persahabatan mereka menjadi renggang. Pohon Tomat tidak bisa menerima keadaannya yang kalah tinggi dan besar dibandingkan Pohon Mangga. Dia merasa bahwa Tuhan tidak adil. Dia ingin tinggi dan besar seperti Mangga. Pada suatu hari Tomat bangun dan menyadari ada yang berubah dalam tubuhnya. Dia pun melihat bahwa ternyata dia sudah berbuah. Ada buah-buah kecil yang tumbuh di ujung ranting-rantingnya. Pohon Tomat dengan bangganya menemui Pohon Mangga dan memamerkan buahnya. Pohon Mangga yang memang belum waktunya berbuah pun iri dengan buah yang tumbuh di Pohon Tomat. Pohon Mangga sedih karena dia tidak memiliki buah. Kesedihan yang akhirnya membuat dia mengurung diri. Hari berganti hari, Pohon Tomat akhirnya berbuah dengan lebatnya. Pohon Mangga yang melihat di kejauhan tetap dalam kesedihannya. Dia hanya meratap nasibnya yang tidak memiliki buah. Dia masih berharap bisa cepat memiliki buah supaya bisa pamer dengan Pohon Tomat. Akhirnya Pohon Tomat memiliki buah yang ranum dan siap dipetik. Akhirnya buah di Pohon Tomat dipetik oleh manusia tanpa meninggalkan satu buah pun. Pohon Tomat dengan bangga merasa senang bahwa dirinya telah memberikan manfaat bagi manusia. Pohon Mangga yang masih mengurung diri di kamar tiba-tiba mendengar berita yang menyedihkan. Pohon Tomat yang adalah sahabat karibnya telah mati. Pohon Mangga yang penasaran akhirnya bertanya kepada Pohon Beringin Tua, pohon tua yang bijaksana. Usia pohon ini sudah ratusan tahun dan punya pengetahuan yang luas. "Pohon Tomat memang cepat menghasilkan buah. Namun, usianya hanya sampai dia berbuah. Setelah dipanen buah-buahnya, maka Pohon Tomat akan mati. Usianya tidak lebih dari 5 bulan." Kata Pohon Beringin Tua menjawab pertanyaan Pohon Mangga. "Lalu mengapa aku belum berbuah juga?? Tanya Pohon Mangga penasaran. 1 2 Lihat Dongeng Selengkapnya 0% found this document useful 0 votes2K views4 pagesDescriptionKisah Dongeng Pohon Tomat dan pohon ManggaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views4 pagesKisah Pohon Tomat Dan Pohon ManggaJump to Page You are on page 1of 4 Kisah Pohon Tomat dan Pohon Mangga Alkisah di suatu negeri tumbuhan, tinggalah dua pohon yang bersahabat dekat. Sejak kecil mereka bermain bersama setiap harinya. Ya, Pohon Tomat dan Pohon Mangga bersahabat dekat. Mereka bukan hanya bermain bersama, tetapi juga sering saling curhat tentang keadaan masing-masing. Setelah mereka betumbuh, Pohon Tomat dan Pohon Mangga tidak bisa bermain bersama-sama lagi. Hal ini dikarenakan Pohon Tomat tidak bisa mengikuti pertumbuhan Pohon Mangga. Pohon Tomat yang kalah tinggi dan besar dibandingkan Pohon Mangga akhirnya merasa minder melihat dirinya. Perbedaan tinggi dan besar Pohon Tomat dan Pohon Mangga membuat persahabatan mereka menjadi renggang. Pohon Tomat tidak bisa menerima keadaannya yang kalah tinggi dan besar dibandingkan Pohon Mangga. Dia merasa bahwa Tuhan tidak adil. Dia ingin tinggi dan besar seperti Mangga. Pada suatu hari Tomat bangun dan menyadari ada yang berubah dalam tubuhnya. Dia pun melihat bahwa ternyata dia sudah berbuah. Ada buah-buah kecil yang tumbuh di ujung ranting-rantingnya. Pohon Tomat dengan bangganya menemui Pohon Mangga dan memamerkan buahnya. Pohon Mangga yang memang belum waktunya berbuah pun iri dengan buah yang tumbuh di Pohon Tomat. Pohon Mangga sedih karena dia tidak memiliki buah. Kesedihan yang akhirnya membuat dia mengurung diri. Hari berganti hari, Pohon Tomat akhirnya berbuah dengan lebatnya. Pohon Mangga yang melihat di kejauhan tetap dalam kesedihannya. Dia hanya meratap nasibnya yang tidak memiliki buah. Dia masih berharap bisa cepat memiliki buah supaya bisa pamer dengan Pohon Tomat. Akhirnya Pohon Tomat memiliki buah yang ranum dan siap dipetik. Akhirnya buah di Pohon Tomat dipetik oleh manusia tanpa meninggalkan satu buah pun. Pohon Tomat dengan bangga merasa senang bahwa dirinya telah memberikan manfaat bagi manusia. Pohon Mangga yang masih mengurung diri di kamar tiba-tiba mendengar berita yang menyedihkan. Pohon Tomat yang adalah sahabat karibnya telah mati. Pohon Mangga yang penasaran akhirnya bertanya kepada Pohon Beringin Tua, pohon tua yang bijaksana. Usia pohon ini sudah ratusan tahun dan punya pengetahuan yang luas. "Pohon Tomat memang cepat menghasilkan buah. Namun, usianya hanya sampai dia berbuah. Setelah dipanen buah-buahnya, maka Pohon Tomat akan mati. Usianya tidak lebih dari 5 bulan." Kata Pohon Beringin Tua menjawab pertanyaan Pohon Mangga. "Lalu mengapa aku belum berbuah juga?? Tanya Pohon Mangga penasaran. "Kamu itu memang lama baru bisa berbuah. Pada usia 4 atau 5 tahunlah dirimu baru berbuah. Usiamu juga bisa bertahan lama sampai puluhan tahun." Terang Pohon Beringin Tua. "Kamu harus bisa menerima dirimu apa adanya. Pohon Mangga tetap adalah Pohon Mangga, begitu juga dengan Pohon Tomat tetap adalah Pohon Tomat. Temanmu Pohon Tomat juga pernah iri melihat tubuhmu yang tinggi dan besar, setelah dijelaskan dia tetap tidak mau menerima. Sekarang tergantung dirimu apakah mau menerima atau tidak keadaan dirimu." Kata Pohon Beringin Tua menambahkam. "Berapa Pohon yang bertanya akan hal ini??" Tanya Pohon Mangga seraya berbisik. "Semua Pohon." Kata Pohon Beringin Tua. Pohon Mangga akhirnya pulang dengan pemahaman baru dalam hidupnya. Dia tidak lagi iri dengan keadaan pohon-pohon lain yang punya kelebihan dibandingkan dirinya. Karena setiap pohon ternyata punya kekurangan masing-masing juga. Tetapi yang lebih penting, Pohon Mangga disadarkan bahwa setiap pohon diciptakan berbeda satu dengan yang lainnya. Kita harus bangga dengan keadaan diri kita apa adanya. KISAH SI POHON APEL DAN SI CACING Illustrasi agus karianto Saat pagi buta ketika matahari belum menampakkan sinar kehangatannya, nampak seekor cacing berjalan-jalan di sela-sela akar pohon apel. Dia bergerak ke kiri dan ke kanan. Berkali-kali kepalanya membentur akar pohon apel. Hal ini membuat pohon apel terbangun karena tidurnya terganggu. Dan tanpa pikir panjang, benda yang mengganggu akarnya dilemparkan jauh-jauh. "Wushhhhh..." Dan si cacing terkejut karena tubuhnya tiba-tiba melayang ke udara dan jatuh ke atas tanah. "Aughh....sakiiit! Sialan, pagi-pagi tubuhku sudah dilemparkan pohon apel!" teriak si Cacing. "Dasar apel sialan! Tubuhku jadi sakit, nih!" "Ooo jadi kamu yang mengganggu tidurku, ya?!" bentak pohon apel. "Rasain tuh! Memangnya ngapain kamu pagi-pagi sudah mengganggu tidurku ? Kini aku jadi tidak bisa tidur lagi, khan !" "Tapi....badanku jadi sakit semua, Pel! Awas ya... kamu harus bertanggung jawab kalau tubuhku sampai patah tulang." "Hihihihi....Lalu, maumu apa, Cing?" "Pokoknya aku minta keadilan. Aku minta ganti rugi....ganti rugi....." "Lho, kamu yang salah kok aku yang dimintai ganti rugi? Mana ada ceritanya di dunia ini yang salah mendapat ganti rugi atas kesalahannya sendiri?" Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

dongeng pohon mangga dan pohon ara